DIRIKU YANG LAIN

Pagi ini aku terbangun, melihat ke arah jendela yang berada di samping kiriku. cahaya matahari menembus jendela kaca yang menyilaukan mata. Tak Kusadari, sudah pukul 12 siang.

Aku terlambat

Aku harus segera pergi ke pohon itu, ada hal yang harus aku selesaikan.
Semenjak aku mengambil daun dari pohon yang ada di bukit dekat kota, aku mengalami kejadian aneh. Hari-hariku yang biasanya berubah signifikan, begitu juga dengan orang-orang disekitarku.

Aku tidak tahu apa yang terjadi
Hanya pohon itu tempat aku bisa menemukan jawabannya

Bukit yang jarang dilalui orang, karena banyak cerita mistis di dalamnya. aku tidak sengaja pergi ke bukit ini untuk mencari kucingku yang hilang.

Siang itu, sepulang sekolah, aku membuka pintu rumahku, biasanya Citty selalu menyambut di depan pintu, namun hari ini ia tidak ada.

Mungkin dia sedang makan?
Itulah yang kupikirkan, tapi tidak, dua hari berlalu, aku tidak juga melihat Citty. Saat itu aku memutuskan untuk mencarinya di seluruh kota kecil yang aku tinggali ini, hingga aku sampai ke bukit mistis yang sebenarnya dilarang untuk dimasuki oleh siapapun.

Saat itu, aku berhenti, di sebuah gundukan yang di atasnya terdapat pohon besar, anehnya, tidak ada pohon lain disekelilingnya, hanya rerumputan liar dan bunga liar. Aku terpikat oleh daunnya yang bersinar, tanpa sadar aku sudah berada di bawah pohon itu.

Indahnya..

Daunnya bersinar di bawah langit jingga. Cahaya daun yang berwarna hijau itu begitu membuatku terpukau, aku memanjatnya dan memetik daunnya.

Oh, tidak, sudah senja, aku harus segera pulang

Aku menyimpan daun indah itu di kantong celanaku, namun, saat sampai di rumah, daunnya menghitam.
hm, pastinya, aku sudah mencabutnya, apa yang aku harapkan, kukira ini daun ajaib, ternyata daun biasa
Aku membuangnya ke tempat sampah.

Keesokan harinya aku terbangun, aku bersiap ke sekolah, saat aku menuruni tangga menuju ruang makan, ibu melihatku dengan tatapan ketakutan, aku tidak tahu apa yang terjadi, padahal kemaren ibu baik baik saja.

“Ada apa bu? apakah aku terlihat aneh?”
“o-oh, t-tidak ada apa-apa, cepat makan sarapanmu dan segera pergi”
Ibu mengatakan hal itu seakan tidak terjadi apa-apa, tapi, aku melihat wajahnya mengatakan hal yang berbeda.

Aku sampai ke sekolah, semua orang di kelasku menatapku dengan wajah ketakutan saat aku memasuki kelas, dan entah kenapa, tempat dudukku dipindahkan ke belakang.

Itulah awal dari kejadian aneh yang kualami semenjak memetik daun bersinar. sudah sepekan semenjak kejadian itu, dan inilah saatnya aku untuk pergi ke pohon aneh itu, untuk pertama kalinya diriku percaya akan hal-hal mistis setelah benar-benar mengalaminya.

Aku sampai.

Aku benar-benar tidak percaya, di siang yang terik ini, entah kenapa bukit belakang kota ini terasa begitu dingin dan gelap, namun aku suka, rasa gerahku seketika menghilang ketika memasukinya.

Apa? kenapa ini?

Aku kaget bukan main, pohon yang berdaun lebat dan bersinar itu, berubah menjadi pohon lapuk tanpa ada daun sehelai pun.

Apa, jangan-jangan sekarang masih siang?
Itulah yang kupikirkan, aku menunggu di depan pohon itu sampai sore, namun tidak terjadi apa-apa.

Keesokan harinya, aku kembali ke sana, masih sama tidak ada yang berbeda. begitu seterusnya selama satu bulan, hingga aku berhenti.

Tempat yang kukira bisa menemukan jawaban sekarang sudah nihil.
Apakah aku akan seperti ini selamanya?

“Ya, bukankah ini yang kau inginkan”
Sebuah suara muncul di benakku, bukan suara orang lain, melainkan suaraku sendiri.
Aku melihat ke bawah, ke arah tanganku yang memegang sebuah benda, tanganku terasa hangat.

Oh.

Entah kenapa, aku merasa, ini sudah biasa aku lakukan, melakukan kekerasan terhadap orang yang menatapku dengan aneh, dan memenggal kepala orang-orang yang mengganggu kedamaianku.
Bukan karna pohon itu aku berubah, tapi, memang diriku memiliki sisi lain yang menikmati hidup dengan penuh kebahagiaan.
Aaah, bahagianya, aku ingin tetap seperti ini, melihat wajah ketakutan orang saat mereka menatapku.

“Lalu bagaimana dengan kehangatan orang yang kau katakan itu?”
Oh?, itu hanya delusi, dari awal mereka memang menganggapku seperti monster yang bisa muncul kapan saja.
Di balik senyuman yang aku perlihatkan ada wajah ketakutan bagi siapapun yang melihatnya.

“Oh, Citty kau ternyata di sini, bisa-bisanya aku melupakanmu”

Bulu Citty begitu lembut, dan ia sangat menggemaskan, sampai aku lelah mencarinya ke seluruh kota, padahal dia tetap berada di dalam lemari kaca yang penuh dengan koleksi hewan peliharaanku yang aku kumpulkan semenjak kecil dulu.

Indahnya melihat kalian saat berwarna merah, kalian begitu mempesona dan membuat jiwaku tenang. Akan lebih baik jika aku menambahkan beberapa orang untuk menemani kalian.
Sebaiknya aku membeli lemari yang lebih besar lagi.

SELESAI

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai