MATA BATIN

Part 2

Kembali dengan ketiga sahabat pemburu misteri. Siapa lagi kalau bukan Jihan, Bagas, dan Arga. Kini mereka akan menelusuri rumah kosong dekat dengan rumah Arga. Arga menceritakan pada Jihan kejanggalan beberapa hari lalu. Dulunya memang rumah itu di tempati satu keluarga yang terdiri ayah, ibu dan 1 anak perempuan semata wayangnya. Dimana pada suatu waktu ibu rumah tangga tersebut meninggal, suasana rumah menjadi suram dan seperti tak ada kehidupan. Arga yang biasanya selalu diajak main dengan anaknya, kini seakan jarang dan hampir tidak pernah. Namun, banyak orang yang bilang keluarga tersebut pindah, tetapi insting Arga berbalik. Arga merasakan ada kejanggalan di dalam rumah tersebut. Karena setiap ia melintas disana, ia melihat anak gadis yang sering mengajaknya main itu di balik jendela dengan wajah murung. Arga merasa khawatir dengan itu, hinggalah ia menceritakan hal tersebut pada kedua sahabatnya. Dan kini, tepat pukul 11 malam. Ketiga sahabat ini hendak melakukan penelusuran di rumah tersebut. Mereka pun sudah sampai di depan gerbang rumah tersebut.

“Eh lo bener kagak Ga? Kalo di dalem ada orangnya kek mana?” Curiga Bagas.
“Bener lah, orang rumahnya gelap gini, trus kata warga keluarga itu pada pindah, kok gue selalu lihat Cia di balik jendela? Apa lagi kalo bukan ada yang janggal?” Jawab Arga.
“Bener Ga, gue ngerasa hawa disini emang misterius, lebih baik kita telusuri. Inget kata gue, jaga ucapan dan perilaku” Wejangan Jihan.
Lalu keduanya mengangguk.

Lalu ketiganya memasuki pekarangan rumah, dan sampailah pada pintu utama.
“Ketok dulu Han, barangkali ada orangnya” Usul Bagas.
“Udah gue bilang ni rumah kosong Gas, kok lo ga percayaan amat sih, udah langsung masuk aja Han” Kesal Arga.
“Arga, inget jaga perilaku. Kita harus bersikap sopan walaupun didalam ga ada orang” Tegas Jihan.

Tok
Tok
Tok

Jihan mengetuk pintu. Tiba tiba…

Kriieett
Pintu terbuka dengan sendirinya. Angin malam yang dingin langsung menerpa disekujur tubuh ketiganya.
“Astaga… belum apa apa udah merinding aja” Ujar Bagas.
“Ayo masuk” Ucap Jihan.

Lalu ketiganya masuk dengan perlahan.
“Permisi..” Ujar Jihan.
Tiba tiba ada suara cekikikan seperti anak kecil yang tengah berlari.
Jihan menajamkan pandangannya dan ia melihat jejak kaki dengan bercak darah. Jihan pun mengejar jejak itu dan diikuti Bagas dan Arga.
Jejak itu menghilang ketika sampai di sebuah kamar.
“Mungkin ini kamar Cia” Ujar Arga.
Dilihat dari dekor kamarnya yang serba merah muda Arga menyimpulkan ini adalah kamar gadis kecil itu yang bernama Cia.

“Tunggu..” Ujar Jihan membuat kedua sahabatnya bingung.
“Kenapa Han?” Tanya Arga.
“Ada yang manggil manggil gue”
“Siapa? Disini cuman ada kita doang Han, gausah ngaco deh” Kesal Bagas.
Jihan pun mendekati sebuah almari. Jihan merasa di dalam sinilah sumber misteri, dan tak banyak acara lagi Jihan membuka almari itu.

Deg!
Ketiganya mematung melihat seorang gadis kecil dengan kondisi mengenaskan.
Bagian perutnya keluar banyak darah sehingga mengeluarkan bau amis. Wajah dengan lebam dan memar sangat banyak. Dan tubuhnya sedikit membusuk karena diperkirakan sudah beberapa hari didalam almari.

“Cia…” Lirih Arga.

Tiba tiba muncul cahaya di belakang ketiganya. Dan berubah menjadi seorang gadis kecil, dengan baju dipenuhi noda darah sampi ke lantai. Mata yang hitam pekat dan kulit pucat. Yang terlihat sedang menangis.
“Makasih kak, sudah menemukan jasad Cia” Ujar arwah Cia.
“Ini sudah tugas kami dek, kalau boleh tau kenapa kamu seperti bisa seperti ini?” Tanya Jihan.

Jihan pun menutup matanya.
Tibalah Jihan di tempat yang sama namun berbeda waktu. Ia melihat Cia yang tengah memeluk dan berbicara dengan bonekanya.
“Zizi, aku sedih, mamah sudah gak ada. Sekarang hanya Zizi yang Cia punya. Ayah selalu keluar dan tidak pulang. Cia selalu bosan, kalau mengajak main kak Arga terus kan tidak enak. Kak Arga juga sibuk dengan sekolah” Ujar Cia seraya mengelus rambut bonekanya itu.

Brakk!!
Tiba tiba pintu didobrak oleh ayahnya.
“Ayah..”
“Sialan! Kamu pergi sana! Berisik dari tadi ngoceh terus!” Racau ayahnya Cia tak jelas karena sedang mabuk habis meminum minuman keras.
“Ayah.. ayah kenapa? Ayah gapapa kan?” Panik Cia.
Namun saat hendak Cia menghampiri ayahnya. Tiba tiba ayahnya langsung menodongkan pisau ke arah Cia.
“A-ayah.. hiks ayah k-kenapa?”

Belum sempat gadis itu menghindar, pisau tajam itu langsung menancap tepat ke perutnya hingga tembus.
Darah terus keluar dari perutnya.
“A-ayah hiks j-jahat” Lirih Cia dengan nafas yang tercekat.
Ayah Cia yang mendengar itu geram lalu memukul gadis itu dengan bertubi tubi sampai nafas terakhirnya.

Ayah Cia yang melihat putrinya yang tak berdaya pun sadar.
“Hiks a-apa yang telah kulakukan hiks”
Lalu ayah Cia pun mengambil pisau tersebut dan langsung menancapkan ke perutnya berkali kali hingga tak bernyawa.

Damn!

“Astaga..” Lirih Jihan setelah melihat kilas balik tersebut.
“Lalu dimana jasad ayahmu?” Tanya Jihan.
Lalu Cia menunjuk ke arah bawah kasur.
“Arga, tolong lihat” Pinta Jihan.
Lalu arga pun menuruti, dibukalah sprei yang menutupi bagian bawah kasur.

“HUWAAA!!” Kaget Arga.
“Kenapa Ga? Ada apa?” Tanya Bagas.
“A-ada mayat”
“Itu benar ayah kamu?” Tanya Jihan dan dibalas anggukkan oleh arwah Cia.
“Kak aku mohon, tolong makamkan jasad kami dengan layak” Pinta Cia.
“Pasti, kita akan lakukan. Arga tolong panggilin ketua RT disini, gua dan Bagas akan mengurus disini” Ujar Jihan dan dibalas anggukan oleh Arga.

Besoknya. Semua warga pun kembali setelah melaksanakan proses pemakaman Cia dan ayahnya. Hal tersebut mampu membuat gempar satu desa. Setelah pemakaman sepi, kini ketiga manusia yang berpengaruh atas penemuan ini pun melayat di makam keduanya yang berdampingan.

“Yang tenang ya, semoga kalian ditempatkan yang layak” Ujar Bagas lalu melenggang terlebih dahulu.
“Semoga kamu tenang ya Cia, kakak akan kangen main sama kamu, dan pak Rio semoga tenang ya pak” Kata Arga.

Kini hanyalah Jihan sendiri disana.
“Semoga kalian tenang disana, makasih sudah memberikan pelajaran hidup yang bermakna bagi kami, saya pamit dulu”

Angin pun berhembus sangat sejuk. Jihan merasa senang sekaligus bahagia telah berhasil membongkar misteri dan berhasil menyeselesaikan dengan baik. Mengingat di kasus yang sebelumnya, Jihan merasa gagal. Ia tak bisa menghentikan perbuatan arwah Sena yang hendak membunuh Edzgar. Namun saat ini ia merasa bangga ia berhasil dengan baik, karena dibantu dengan usaha sahabatnya.

TAMAT

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai