LEMBAYUNG CIREMAI

Part 7

tiba-tiba langkah kami terhenti ketika kami sampai di pos Kuta dan melihat puluhan mayat tergletak memenuhi pelataran.

kami memberanikan diri melangkah melewati mayat2 itu dengan hati-hati & sebisa mungkin jangan sampai menginjaknya,sampai ketika salah satu tangan mayat itu menangkap kaki ferry disusul tangan-tangan lainnya.
sontak ferry histeris berteriak sambil menendang-nendang tangan itu,namun tangan-tangan mayat itu seperti enggan melepasnya

tangan-tangan itu melepas cengkramannya ketika aku menarik ferry dan ikut menendangnya hingga salah satu diantara tangan-tangan itu patah.
seketika puluhan mayat itu bangun menatap kami & satu persatu ia lalu mendekat.

kami langsung lari dari tempat itu sejauh mungkin
disela-sela kami berlari,sekilas kami melihat sebuah tangan menyembul dari semak sebelah kiri kami yg membuat aku & ferry terjingkat histeris,lalu disusul tangan-tangan lainnya yg terus bermunculan bukan hanya dari semak-semak,tp dari tanah & batang pohon pun ada.

kami terkejut ketika melihat seekor Kelabang besar tidur melingkar tepat ditengah jalur,sementara dibelakang kami tiba-tiba muncul sosok perempuan berkepala miring seperti patah leher berjalan merangkak mendekati kami dengan tatapan amat mengancam lalu menghilang.

dengan tergesah-gesah kami berjalan mengambil sisi kanan jalur melewati kelabang itu berharap mahluk itu tidak bangun & menyadari keberadaan kami

aku kembali terkejut saat sesuatu yg dingin menangkap kakiku lalu menarik tubuhku ke rerimbunan semak, aku berontak sekuat tenaga sedangkan ferry menarik tanganku agar aku tidak masuk lebih dalam,tangan itu hilang.

aku & ferry kembali bersiaga saat melihat kelabang besar yg baru beberapa langkah kami lewati tadi perlahan bergerak & bangun menyadari keberadaan kami.

perlahan kami bergerak mundur
mahluk itu tetap disana dengan menggerak-gerakan kedua sungutnya seperti sedang membaca keadaan sekitar.
kami terus memperlebar jarak secara perlahan,secara perlahan pula mahluk itu bergerak maju dan terus merayap, lalu tanpa diduga ferry menarik tanganku mengajakku beringsut meninggalkan mahluk itu,sontak mahluk itu dengan beringas mengejar kami.

dengan nafas terengah-engah aku & ferry terus berlari sambil sesekali menengok ke belakang,mahluk itu terus mengejar.

sampai saat kami tiba di pos Cigowong & melihat sebuah kamar mandi tidak terpakai,tanpa pikir panjang kami masuk bersembunyi didalam kamar mandi tersebut sambil mengawasi keadaan diluar dari cela-cela bangunan.

sesaat kemudian mahluk itu tiba dan mencari-cari keberadaan kami.
sebisa mungkin kami diam mematung tanpa suara & gerakan sedikitpun agar tidak menarik perhatiannya apalagi memberi sinyal pada sungut-sungutnya.

beberapa menit kemudian kami tidak merasakan adanya aktifitas diluar sana
kami coba cek dari lubang kecil sela-sela bangunan,mahluk itu tidak ada di sudut manapun.

kami terduduk lega diantara pinggiran bak mandi & mengucap syukur menghembuskan nafas-nafas lelah kami.

“alhamdulilah kita selamet ris” ujar ferry dengan nafas yg masih terengah-engah

“iya ferr”.sahutku sambil membersihkan luka dipahaku

aku kembali merasakan hal yg aneh ketika jari-jari ku menyentuh air dibelakang kami,

(air yg harusnya dingin karna suhu sekitar kok malah agak Suam)

saat aku menoleh..

“DARAH FERR..”.aku dengan terkejut memberi tahu ferry

ferry terjingkat kaget hingga punggungnya membentur dinding bangunan lalu perlahan ia merapat kearahku saat melihat puluhan kelabang keluar dari lubang Takus didekatnya disusul seonggok tangan & kepala menyembul keluar dari bak mandi berisi darah tersebut.

aku dan ferry keluar
lari tunggang-langgang mencari-cari jalur turun namun yg ada hanya semak,sisi kiri yg harusnya terdapat Gapura bertuliskan Cigowong seolah hilang tertutup belukar,
kami seperti terpenjara dalam hutan.

sekilas aku melihat sesosok bayangan hitam disebuah warung kosong milik penduduk sesaat itu pula kami melihat satu kuntilanak duduk diatap pendopo,aku terperangah ketika tersadar terdapat puluhan kuntilanak bertengger disetiap cabang pohon tertawa cekikikan secara serentak seolah sedang menertawakan kami yg tengah ketakutan.

sontak jantungku berderap kencang,lutut terasa lemas,kaki serasa tertancap ke tanah saat melihat pemandangan yg pastinya seumur hidup baru kali ini aku melihatnya,begitupun ferry dia hanya bisa terduduk lemas dengan tatapan kosong melihat puluhan kuntilanak tersebut.

nyaliku makin menciut ketika salah satu kuntilanak itu terbang melayang kearahku kemudian menabrakku dengan perlahan,secara spontan aku ambruk dadaku terasa panas,nafasku terengah-engah penglihatanku mulai kabur.

mahluk-mahluk itu tiba-tiba lenyap & aku kembali bangkit ketika terdengar suara adzan subuh berkumandang entah dari arah mana yg jelas aku sangat bersyukur bisa selamat dari situasi yg sangat mengerikan itu.

“ferr sadar ferr sadar ini saya aris ferr,sadar ferr”.aku menyadarkan ferry yg masih terduduk lunglai dengan tatapan kosong

“Kita belum mati kan ris”.sahut ferry meratap saat tersadar

“alhamdulilah kita selamet fer,ini cepet minum dulu..sekarang udah masuk subuh fer,waktu kita ga banyak kita harus cepet2 turun lg ferr”.kataku sambil memberi sebotol air mineral

jalur turun berupa gapura bertuliskan Cigowong yg tadinya hilang kini terlihat dengan jelas disisi kiri kami,dengan cepat kami bergegas turun.

sekuat tenaga kami berlari mengejar waktu yg semakin mepet.

aku hampir tidak memperdulikan kondisi tubuhku yg pastinya semakin lama semakin drop akibat luka dipahaku yg masih basah & terus menerus mengeluarkan darah sedikit demi sedikit mengucur hingga membasahi bagian bawah celanaku.
yg ada dipikiranku sekarang hanya lembayung,apapun yg terjadi aku harus bisa membawanya pulang.

setelah adzan subuh
penampakan-penampakan itu semakin berkurang namun kami masih bisa merasakan keberadaan mereka yg sepertinya terus mengikuti & mengawasi kami entah dimana aku tidak peduli.

Kami Lari..Lari..Dan terus berlari menembus gelap terangnya hutan ciremai.

sesaat aku teringat kebersamaan kami bertiga saat masih dikampung
nongkrong bareng,makan bareng,bolos bareng,
hingga keceriaan kami bertiga sebelum menaiki ciremai.
Semua itu tiba-tiba terlintas begitu saja dipikiranku.

“kita pulang yung”.
“kita pulang yung”.
“KITA PASTI PULANG YUUUNG”.aku berteriak menderu-deru sambil terus berlari disusul air mata yg tiba-tiba menderai,membasahi wajahku

ferry yg melihatku tak kuasa menahan airmata pun turut ikut larut dalam kesedihan.

aku tak tau apa yg ada dipikirannya, tp aku yakin diapun merasakan hal yg sama seperti yg aku rasakan mengingat kedekatan kami bertiga sudah bukan lg sekedar kedekatan seorang teman,namun lebih dari itu..

kekuatan kasih sayang seolah mendorong laju kami lebih cepat
hingga tanpa disadari kami tiba dipos Bayangan,tempat terakhir kami bertiga bercanda gurau walau sekedar membahas tentang Lontong.

“ayo ferr.. bentar lagi kita nyampe”.ujarku sambil mengusap sisa-sisa airmata yg sudah agak mengering.

Turun lagi..
waktu menunjukan pukul 05;10wib
itu artinya waktu kami kurang dari 1 jam lagi.

kami melesat secepat mungkin agar cepat sampai diIpukan sebelum matahari terbit,sesekali aku terjatuh karna kakiku tersangkut akar yg melintang ditengah jalur.

aku sudah benar-benar tidak memperdulikan diriku sendiri,ferry yg melihat tubuhku yg semakin kacau menyuruhku untuk istirahat sebentar sekedar untuk membersihkan lalu mengganti perban lukaku yg nampaknya sudah sangat kotor,namun aku tidak peduli.
bagiku disaat seperti ini detik demi detik sangat berharga untuk keselamatan lembayung.

aku & ferry tercengang ketika kami tiba diIpukan

BERSAMBUNG

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai